......أهلا وسهلا


FORUM SILATURAHMI DAN BERBAGI INFORMASI


Informasi: 0651-7126361 / FB:PESANTREN MODERN AL-MANAR ACEH BESAR





MENDIDIK KADER UMAT UNTUK KEJAYAAN BANGSA




(Ulee Kareng)
Lampermei, Cot Irie, Kr.Barona Jaya
Aceh Besar
Aceh - Indonesia
www.almanarkita.blogspot.com

Minggu, 20 Maret 2011

BEKAL MASUK AL-MANAR....!!!

KLIK! Informasi Pendaftaran 2014
Adalah suatu hal yang tidak mudah ketika kita menentukan pilihan untuk melanjutkan studi,  dan tentu diantara kita memilih-milih dan membanding-bandingkan atas dasar enak dan tidak enak, suka dan tidak suka, dan lain sebagainya. Apalagi pilihan ini adalah tentang sebuah pilar masa depan yang harus benar-benar bisa dijadikan landasan bagi putra-putri kita dalam menentukan hidup  yang berorientasi kebahagiaan Dunia-Akhirat.

Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin, akan tetapi semuanya harus direncanakan dengan sungguh-sungguh, bukan anak-anak kita yang tahu pasti kemana seharusnya ia melanjutkan studi, akan tetapi kita sebagai orang tua wajib mengarahkan mereka sesuai dengan kemampuan dan kapasitas anak, dan juga dengan pertimbangan bahwa anak kita adalah salah satu dari sekian banyak generasi Islam yang pada gilirannya kelak akan ditunjuk sebagai Pemimpin, pemimpin bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, umat, baik yang berskala daerah, nasional ataupun internasional. Mengingat hak yang demikian, maka berarti Pendidikan Karater dan Kepribadian yang luhur lebih penting dibandingkan dengan pendidikan yang berorientasi pada intelektualitas saja.

Jika demikian halnya maka pembentukan karakter/kepribadian ini tidaklah cukup hanya didapatkan secara teoristis dari papan tulis, di bangku-bangku sekolah saja, di ruang-ruang Kegiatan Belajar Mengajar(KBM) saja, karena keterbatasan waktu dan lain sebagainya.  Perlu adanya sebuah miliu /lingkungan yang mendidik dan komunitas yang mendukung, dengan segala gerak dan nafas kegiatan serta program yang tersusun rapi dan sistematis dalam sebuah alam pendidikan yang bersistem asrama. Dan sistem yang demikian hanya dimiliki oleh Dayah/Pesantren/Pondok, kemudian disusul oleh lembaga-lembaga yang lain yang mencoba mengadobsi sistem ini.

Sistem ini telah terbukti efektifitasnya dalam mendidik dan mengajar secara maksimal, tuntun penilaian prestasi anak didik secara Kognitif, Psikomotorik dan Afektif pun bisa terjawab dengan valid/tidak teoristis. Sehingga ke depan anak didik ini diharapkan mampu menjawab tantangan zaman, karena telah mendasari hidupnya dengan disiplin, kemandirian, moral yang luhur dan yang lebih utama lagi, ia telah mendasari hidupnya dengan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sehingga masa depan diri, keluarga, masyarakat, umat, bangsa dan negara akan menjadi lebih baik sebagaimana konsep hidup yang diajarkan oleh Islam. Bukan seperti keadaan kita saat ini.

Jika kita mengamati lebih jauh lagi, bahwa di Indonesia terdapat banyak sekali lembaga pendidikan yang berkualitas dan telah menghasilkan jutaan insan terdidik akan tetapi dalam hal-hal negatif kita menempati rating tertinggi dalam berbagai keburukan. Tidak saja dalam masalah perekonomian,  dalam tatanan pemerintahan pun menampakan indikasi yang sama. Mengapa bukan prestasi yang tampak di mata Dunia tapi kehancuran moral? Jawabannya sudah pasti, Moral selalu dinomorduakan setelah Intelaktualitas. Padahal seharusnya Moral adalah fondasi dasar kemajuan yang dilengkapi oleh kemampuan intelektualitas.

Musyawarah Pengurus
Pesantren Modern Al-Manar adalah salah satu di antara sekian banyak Pesantren yang terus berusaha untuk mendidik generasi penerus menjadi generasi yang menguasai Ilmu Pengetahuan secara menyeluruh, baik Ilmu Agama ataupun displin Ilmu yang lain. Berusaha mendidik para santrinya untuk mampu berinteraksi dengan dunia internasional dengan bekal bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dan juga selalu membekali para santri untuk memiliki ketrampilan yang diperlukan sesuai dengan perkembangan zaman, seperti halnya komputer, kesenian, pidato dan lain sebagainya.

Pendidikan di Al-Manar adalah jenjang MTs dan MA yang setingkat dengan SMP dan SMU atau setaraf dengan Tingkatan satu sampai Tingkatan enam. Yaitu untuk calon pelajar yang berumur antara 13 tahun atau setelah selesai Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah.  dan tidak menerima lulusan SMP/MTsN. Kelas akan ditempuh selama 6 tahun, semenjak kelas 1 MTs s/d 3 MA. Dengan demikian Pesantren Modern Al-Manar juga tidak menerima pelajar yang pindah dari Sekolah/Pesantren lain dengan alasan apapun demi menjaga stabilitas disiplin dan sistem yang ada pada Pesantren. Hal ini dikarenakan, jika ada siswa yang baru pindah dari tempat lain, biasanya kurang bisa menyesuaikan diri dengan disiplin sehingga akan terjadi gangguan-gangguan interaksi pada dirinya atau pada komunitasnya, dan ini tidaklah mudah diatasi.

Bagi para pelajar harus mengikuti semua disiplin yang ada dan bersedia diatur oleh pelajar-pelajar senior yang lebih dahulu masuk pesantren, hal ini pun telah diatur dalam Organisasi Santri Pesantren(OSPA) Al-Manar dan dibimbing oleh para Guru/Pengurus Pesantren selama 24 jam.

Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan alam pendidikan, perilaku yang kurang pantas dilakukan seorang santri, dan lain sebagainya, hendaknya hal-hal tersebut segara dibuang jauh-jauh agar tidak mengganggu disiplin dan undang-undang Pesantren Modern Al-Manar.

Setiap pelajar baru atau yunior diwajibkan menghormati pelajar senior. Karena, prinsip mendidik di Pesantren ini adalah Saling menghormati dan saling menyayangi, yang kecil menghormati yang besar, yang besar mengasihi adik-adik kelasnya, sehingga dengan demikian pola-pola pendidikan dan kaderisasi generasi penerus di Pesantren Modern Al-Manar ini dapat berjalan dengan baik.

Disiplin pun akan terasa mudah dan ringan dijalankan atas dasar kesadaran dan pengertian antara pengurus dan anggota, antara pembimbing dan pengurus, antara para guru dan pimpinan dan lain sebagainya demi tercapainya tujuan mendidik.
Para santri berpretasi

Maka ada beberapa hal yang perlu dijelaskan secara singakat tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum masuk pesantren, diantaranya:
  1. Niat, harus benar-benar bertekad belajar dan menuntut ilmu di Pesantren. Niat ini adalah perpaduan dari Niat anak dan Niat orang tua. Keduanya harus saling mendukung cita-cita mulia ini, sebab jika salah satu diantara kedua pihak ini tidak mendukung akan sulit pula Pesantren dalam menindaklanjutinya dengan memberikan arahan dan bimbingan pada anak yang bersangkutan. Dan bisa jadi hasil pendidikan yang direncanakan tidak tercapai dengan maksimal.
  2. Sikap/Mental, seharusnya calon santri telah mempersiapkan diri untuk menerima segala hal yang akan diberikan oleh Pesantren, berupa Disiplin/aturan hidup di Pesantren, Nasehat, Arahan, Penugasan-penugasan, Bimbingan dan lain sebagainya. Tidak cengeng dalam menerima sangsi/hukuman apabila melanggar. Hal inilah yang selama ini diabaikan oleh banyak santri ataupun orang tua/wali, sehingga semua keluhan santri selalu direspon dengan penyikapan yang salah oleh wali masing-masing dan akhirnya berakibat hal yang tidak diinginkan. Misalnya wali santri yang kurang paham akan arti pentingnya disiplin malah justru mendukung anaknya kabur dari Pesantren, memberikan perangkat elektronika yang memang dilarang penggunaannya di Pesantren, dan lain sebagainya.
  3. Selalu Berdo'a, untuk dikuatkan niatnya, dikuatkan fisiknya, dikuatkan kemauannya, dikuatkan Istiqomah/ketetapan hatinya untuk menempuh pendidikan di Pesantren yang tentunya banyak suka-dukanya. Dan juga lain pola hidupnya dengan di rumah, karena di Pesantren Modern ini semua santri harus bisa melatih diri untuk hidup mandiri dan lebih dewasa, tidak bisa semaunya.
  4. Taat Disiplin, taat bukan berarti terkekang. Di Pesantren Modern semua diperbolehkan kecuali hal-hal yang bisa mendatangkan bahaya untuk diri sendiri dan orang lain, untuk saat ini maupun untuk masa depannya. Boleh berolahraga yang sesuai dengan alam pendidikan, Boleh bermain yang sesuai dengan alam pendidikan dan Boleh melakukan apa saja asal sesuai dengan alam pendidikan dan Syari'at Islam.
  5. Daya suai/Adaptasi-Interaksi, Daya Saing/Daya Juang/Kompetitif dan Daya Tahan, haruslah dimiliki oleh para santri. Santri yang kurang mampu beradaptasi/berinteraksi/bergaul akan merasa susah/sendiri/asing di tengah-tengah padatnya aktifitas dan banyaknya teman, maka ia harus memiliki wadah pergaulan dengan olahraga bersama, dengan bekerjasama, dengan kelompok ngaji bersama dan lain-lain. Daya saing juga harus dimiliki oleh para santri, karena tanpa adanya ambisi untuk menjadi yang terbaik mustahil prestasi akan diraih. Begitu pula ia juga harus memiliki Daya tahan, yang berarti ia harus punya tekad yang kuat dalam menghadap suka-duka/tantangan hidup di Pesantren Modern yang penuh dengan kegiatan, ia tidak boleh menjadi santri yang cengeng yang suka mengadukan permasalahan kecil.
  6. Dana/biaya, tentu sudah menjadi suatu keharusan bagi berjalannya program atau kegiatan. Kegiatan Pesantren Modern berjalan 24 jam sehari-semalam, dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi semuanya terjadwal dan diperhitungkan masak-masak sesuai dengan dinamika hidup di Pesantren, logika sederhananya adalah: dengan padatnya kegiatan semacam ini tidaklah mungkin semua berjalan begitu lancar tanpa adanya pemenuhan kebutuhan manusiawi sehari-hari sebagaimana kehidupan dalam berumahtangga, seperti: konsumsi/makan-minum, akomodasai/sarana-prasarana, transportasi, fasilitas dan lain sebagainya. Semua itu memerlukan biaya yang sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan tidak pula kurang. Maka bagi santri yang masih lengkap kedua orang tuanya, ia harus menganggarkan biaya setiap bulan untuk uang sekolah dan uang makan sebagai suatu kewajiban, dan adapun yang berstatus yatim/yatim piyatu/korban bencana alam yang memiliki prestasi akan ditanggung bersama oleh para Simpatisan dan Donatur.
  7. Sabar/tabah/Istiqamah, pada saatnya nanti akan ditemui hal-hal yang membuat jenuh, bosan dan lain sebagainya sehingga terakumulasi dalam wujud perasaan tidak betah di Pesantren, ini bukan masalah. Yang jadi masalah adalah jika santri tidak punya kesabaran, tidak punya ketabahan serta tidak istiqamah, maka bisa jadi ia akan menyikapi dengan alternatif yang salah. Mengadu ke orang tua/wali dengan berbagai macam alasannya agar bisa pulang dan orang tua mengabulkannya. Inilah masalah baru yang merupakan akibat dari penyikapan masalah dengan cara yang salah pula. Pada saat itu terjadi yang dibutuhkan sebenarnya adalah nasehat/suport dari pihak Orang tua dan Pesantren untuk menimbulkan motivasi dalam jiwa anak, sehingga ia memiliki kesabaran dan ketabahan untuk selamanya. Dan jika sabar dan tabah telah menyatu dalam diri santri dimanapun ia dan dalam kondisi apapun kelak ia akan dapat hidup dengan penuh kesyukuran. Kekurangan fasilitas, keterbatasan sarana dan hal yang tidak enak lainnya yang ia temui di Pesantren bukanlah masalah, bahkan ia adalah unsur-unsur mendidik yang harus dimanfaatkan dengan baik. Sebab dibalik segala hal yang kurang akan menghadirkan kelebihan-kelabihan, jika ia kurang pintar maka itu adalah kelebihan untuk bisa belajar, jika ia merasa kurang enak maka itu adalah kelebihan yang membuat berpikir bagaimana caranya supaya nyaman. Akan tetapi jika ia merasa sudah pintar maka ia tidak akan lagi mau belajar, jika sudah merasa nyaman tentu mereka akan bermalas-malasan. Maka sabar dan tabah harus ada dalam diri santri kapan dan dimanapun ia berada.
Dengan demikian apa yang perlu dipersiapkan sebagai seorang santri penuntut ilmu telah mendapatkan penjelasannya secara singakat. Semoga bermanfaat.

2 komentar:

  1. Catatan Alumni untuk Al-Manar Tercinta
    Al-manar pondokku tercinta... Ingatanku padamu kembali terkenang saat ini.. Aku telah dewasa, dan aku mulai mandiri karenamu, kau adalah pelipur lara bagiku, Sahabat dikala suka maupun duka. Tak ada tuntutan darimu kecuali hanya mengenangmu. kau telah men...jadi seorang aktor, teman, psikolog,pengganti orang tua, penasihat,hakim, pengarah, motivator, dan pembimbing ruhani penghunimu..kau segalanya bagiku. Tanpamu mungkin aku hanya pemuda yang tak punya arah dan tujuan, anak yang tak punya pendidikan, bahkan pribadi yang tak pernah mengenal tuhan. Begitu besar jasamu untukku hingga tak mampu kumembalasnya. Ingin rasanya kembali ke pangkuanmu seraya merasakan kehangatan didikanmu, cintamu, ketulusanmu, dan semua yang pernah kau berikan padaku. Namun, usia membatasi keinginan ini untuk berada di sisimu lagi. Kini aku hanya mampu menatapmu dari jauh. Saat engkau tersenyum tak terhingga hati ini merasa gembira, tapi di saat kau bersedih rasanya kuingin mendekat dan segera menghapus air matamu. Memori bersama telah memblokir pikiran ini untuk dapat melupakanmu. Begitu banyak kau meninggalkan kesan di benakku. Dulu, kau paksakan daku ke arah kebaikan walaupun aku sering benci kepadamu,mencercamu, bahkan selalu ingin keluar darimu. “Telat ke mesjid” kau berdirikan aku dibawah terik matahari yang menjengat,” telat ke dapur” kau biarkan aku lapar seharian,” makan sambil berdiri”, kau wajibkan aku untuk mencatat Al-quran hingga puluhan halaman, apalagi kalau aku “telat kembali setelah liburan”, siap-siap untuk jadi tuyul alias rambutku melayang hingga botak licin. Hidupku penuh dengan peraturan. Masuk kelas dipagi hari harus ontime, “olahraga”aku harus pakai baju kaos dan celana training, malam hari aku harus belajar lagi, gotong royong sudah menjadi makanan mingguan,kemana-mana pakaian harus selalu rapi dan dimasukkan kedalam, berbicarapun aku tidak boleh sembarangan, waktu itu hanya bahasa arab dan bahasa inggris saja yang kau berikan sebagai pilihan. “Mati aku” ini repetan yang selalu muncul dariku ...kau bagaikan penjara suci bagiku. Kau mengancam tapi kau adalah pendidik perkasa yang pernah kutemui bahkan kau tidak segan-segan memukul kalau ada kesalahanku yang fatal. Tapi kini baru kusadari bahwa kau sungguh sangat tulus memberikan semuanya untukku. Jujur, aku rindu hukumanmu, rindu push upmu, rindu pukulan rotanmu, aku rindu segalanya yang ada padamu. Walaupun kata orang-orang pukulan rotan itu adalah pelanggaran HAM, namun bagiku itulah yang sangat berperan dalam mengubah dunia kebodohanku menuju dunia yang saat ini kujalani. Mereka salah, dan mereka di bodohkan oleh orang kafir. Sekian sementara dari catatan yang bisa kupersembahkan kepadamu pondokku tercinta, ini hanya sepenggal cerita yang bisa kuungkapkan dan masih banyak cerita yang harus kutuliskan dalam sebuah catatan hidupku tentangmu... (Himne oh Al-Manar) Al-manar...dayahku tercinta.... Terkenang disepanjang masa.... Kan kujaga namamu..kan kukenang baktimu... Dari kami asuhanmu..... Oh Al-manar dayahku tercinta.... Belaian kasihmu terasa... Haru didalam Qalbu...untuk meninggalkanmu... Al-Manar dayahku tercinta.... Di sini generasi muda tercipta... Berjuanglah demi agamamu.... Singsingkanlah lengan bajumu.... Demi cita dan masa depanmu... Islam jiwamu... Islam ragamu... Islam agamamu... Ikhlas batinmu... Ridha Allah......tujuanmu....

    BalasHapus